Yang sempat bersemayam

Pernahkah kalian mencoba menyalahkan masa lalu dan kemudian mencaci diri sendiri yg bodoh

Bodoh karena tidak bisa berbuat apa-apa bahkan untuk merubah semua keadaan pun tak di lakukan namun kemudian akhirnya menamakan semua itu “Takdir”

Takdirkah namanya bila membiarkan semua keadaan mengalir begitu saja bersama waktu dan diri tetap diam saja

Saat waktu terlalui dan semua tidaklah sesuai dengan harap, cita, serta cinta waktu jua yang di salahkan.

Rela, ikhlas dan akhirnya diri jua yang kembali di bodohkan bagai pecundang munafik yang tersenyum tapi menahan tangis, menangisi ketidak mampuan merubah keadaan hingga menyesalpun tiada lg berarti.

Bolehkah aku sedikit bertanya untuk tuntaskan kegagal pahaman masa lalu, sebuah cerita dalam hidupku yg sampai saat ini menjadi misteri. Biarlah aku terlihat bodoh di matamu namun ruang hati yg selalu menuntut jawab menjadi sedikit lega dan tak menyalahkan diri sendiri lagi atau seperti tak menerima takdir cukup jawaban singkat darimu

Apa artiku dalam hidupmu 20 tahun lalu ?

Aku yang di tinggalkan Cinta dan kemudian Aku yang meninggalkan Cinta lalu Aku pun hidup atas nama Cinta …entahlah semua berjalan begitu saja …begitu saja…

Anugerahkah namanya…

Yg menghilang

Aku ingin lepas bagai burung tapi ku tak punya sayap, lalu bagaimana aku kan sampai ke negerimu

Aku ingin hilang bagai cahaya tapi ku tak punya bias, lalu bagaimana aku menembus waktu yg berlalu secepat angin

Takdirku bicara, kau tak punya pilihan yg kau punya hanya kepasrahan. Diamlah, lalu nikmatilah seperti kau nikmati secawan anggur yg memabukkan….lalu…. yakin kau akan melayang seperti burung dan yakin kau akan menembus batas waktu.

Kemana angin berhembus menyampaikan dendang kerinduammu, pada alam yg kau rindukan, pada senja yg temaram, pada rindu yg membuncah dan akhirnya PECAH!

OPINIKU 19

Cerita ini hanya sebuah Fiksi, yang di tulis ketika kita tertidur. Seperti sebuah wacana, setiap paragraf pasti punya pokok bahasan bukan….Percaya tidak percaya kita hanyalah Tokoh yang membawakan peran masing – masing pada panggung perwayangan

Oportunisme judulnya dan pahamilah sendiri apa yang menjadi arti kata tersebut. Aliran pemikiran kita sama teman, sudah terhasut oleh satu kepentingan tentang bagaimana caranya bertahan hidup di atas kepentingan mereka. Lalu setelah kita terbangun dari lelap, semua itu hanya menjadi sebuah mimpi…

Versi Baru dari sebuah Fiksi kemudian menjadi suatu Visi yang di rancang dari bagian versi lama dan tidak akan pernah usai yaitu ” Kepuasan”

Intuisi mereka membuat imajinasi berperang dalam ruang pemikiran sendiri dan kita akhirnya percaya bahwa semuanya hanyalah…

Dejavu….

Semua akan baik – baik saja

Semua akan kembali seperti semula

Dan semua kejadian pasti ada tujuan.

By. Nyanyian Seruni

Wujudkan Guru sebagai Penggerak Perubahan Menuju Indonesia Cerdas Berkarakter Dalam Revolusi Industri 4.0

Dari kemajuan tekhnologi dunia sekarang, serasa ada sesuatu yang hilang dari diri kita yaitu; Pendidikan Karakter

Bahasa cerdasnya, generasi kita sekarang sudah berkurang jauh Pendidikan Karakternya dari generasi wow dulu, apa tugas kita sebagai generasi zaman wow?

Tentunya pekerjaan rumah bagi semua orang tua agar anak – anaknya tidak menjadi anak yang terpengaruh dari dampak buruk kemajuan zaman tapi bimbinglah anak – anak untuk dapat cerdas memanfaatkan kemajuan dunia.

Membuat Indonesia berkarakter, bagaimana mewujudkannya? Semua itu tidak jauh dari pintarnya seseorang membaca berbagai peluang. Baik itu peluang Pendidikan ataupun peluang usaha.

Bagaimana kita menuju Indonesia Revolusi Industri 4.0 artinya adalah, Revolusi ke 4 yaitu: Revolusi Mental, Revolusi karakter, Revolusi Guru dan Revolusi Industri. Kecepatan industri dan kecepatan informasi membuat dunia menyempit, oleh kecanggihan tekhnologi era digital.

Era revolusi industri pertama, contohnya munculnya berbagai merk handphone yang setiap waktu berubah kecanggihanya.

Berbagai peran manusia sudah mulai berkurang, semua sudah digantikan oleh mesin. Bisnis pun tidak harus dikejar dengan tenaga tetapi manusia mulai memanfaatkan bisnis online.

Peran Guru dan peran orang tua adalah menyiapkan humanis untuk siap menghadapi era revolusi industri yang semakin maju. Dengan kesiapan – kesiapan organisasi.

Entah

Entah suasana apa yang sekarang tergambar dalam benakku, yang pasti aku merasa duniaku menjadi begitu buram. Setiap jalan kutemui dalam keadaan tertutup.

Aku tidak tahu harus menyalahkan siapa atau membenarkan siapa, dan aku juga tak tahu harus mendengarkan siapa. Bagiku tidak ada pilihan yang tepat untuk ku ambil saat ini, kecuali berpasrah pada kehendak yang Kuasa.

Terkadang hari -hariku ku rasa sangatlah hambar tanpa ada warna, tanpa ada yang bisa ku perbuat untuk melengkapi semuanya. Namun apalah aku Tuhan, meminta dengan tiada bermalu padahal diri sangatlah jauh dari-Mu.

Melihat mereka di depanku dengan kehidupan yang sempurna, aku sangatlah iri.

Apa aku termasuk manusia yang tidak pandai bersyukur akan nikmat-Mu ya Tuhan….Ampuni aku…

Seperti air mengalir tenang, aku mengikuti alur hidup tanpa riak. Itu di pandangan sebagian orang yang memandang hidupku sempurna. Padahal gelombang sedemikian tinggi menghantam diri ini, aku berusaha tegar menghadapi semuanya. Tapi aku tetaplah manusia cengeng yang mudah bersedih dan terbawa perasaan.

Dan terkadang aku letih….teramat letih…jenuh…teramat jenuh, menjalankan peran yang kumainkan dalam kehidupan ini, bila sebagian orang ingin mendapatkan tempatku, aku sebaliknya. Aku ingin sesuatu yang berbeda, tak peduli usia kadang tak berpihak.

Salahkah bila aku berkehendak lebih???…

Aku memandang begitu jauh …terlalu jauh dari batas jangkauan pandangku, titik batas itu tak ku temukan, titik sudut pun tetap tak ku dapatkan.

Wahai hati, nilailah diri sesuai porsi dan posisi. Hingga diri tak terlalu menyalahkan keadaan.

Maaf kalau tulisanku seperti orang yang berputus asa, tapi setidaknya aku puas bisa mengungkap warna hati, meski ku tahu tulisanku tak kan terbaca.

Oct ’18

Generasi Penerus

Sekarang kata – kata penerus dan teruskan ternyata menjadi sangatlah bersahabat dengan mata,  generasi sekarang adalah generasi membaca tapi bukanlah membaca buku namun membaca web. Minat untuk membaca tinggi namun daya baca rendah.

melihat fenomena ini sangatlah disayangkan karena Generasi Penerus yang diharapkan menjadi Pelopor Pembaharuan dalam harapan kita untuk mendobrak keterbelakangan dan menjadi Pelopor kemajuan dengan menciptakan hal-hal baru, malah menjadi Generasi Teruskan, teruskan dari dan dari….

Dengan kemudahan yang bisa di dapat sekarang, menjadikan anak-anak kita menjadi generasi pemalas yang hanya bisa meneruskan karya orang lain tanpa pernah berani menciptakan sendiri karya-karya baru.

sebagai orang tua mari kita menciptakan generasi penerus yang termotivasi untuk berani berkarya, berani memunculkan ide kreatif sendiri bukan berani meneruskan ide kreatif dan karya orang lain. How???….

Bagaimana caranya, karena berkata adalah hal mudah namun menerapkan adalah hal tersulit. Proses ini tentu membutuhkan kesabaran dan keuletan, mulailah dari langkah-langkah pembiasaan dalam penerapan awal dalam membuka hari.

Membiasakan anak-anak menceritakan segala sesuatu yang di temuinya sehari-hari dan menuangkannya dalam berbagai bentuk tulisan sederhana dengan menggunakan bahasanya sendiri yang simpel dan mudah dicerna akal. Biasakan anak untuk menjadikan hari-hari yang dijalaninya menjadi menyenangkan dengan menulis dan berbagi dalam bentuk cerita atau diary pribadi. Baik itu cerita motivasi atau cerita menyebalkan sekalipun, karena setiap kejadian pasti bermakna.

Tanamkan dalam pribadi anak bahwa apapun bentuk dan proses yang mereka temukan dalam kehidupan akan menjadi suatu pengalaman berharga yang akan menjadi kenangan di hari – hari mereka kelak.

Kemudian Membangun Rasa Percaya diri anak untuk berbuat apapun,  ” do ”  sekalipun nantinya yang mereka lakukan dan mereka coba gagal namun setidaknya mereka tidak menyesal pernah berbuat, bukan menyesal tidak pernah berbuat.

Lakukan refleksi pada setiap yang mereka lakukan dan ciptakan, maka motivasi dan minat akan muncul dengan sendirinya.

 

Nilai Diri

Pernahkah kalian merasa hidup sedemikian membosankan dan bingung harus melakukan apa ketika kalian ingin hidup sedikit berwarna,  untuk semua pikiran itu mungkin banyak hal yang melintas hilir mudik bagaikan lalu lintas padat dalam kepala namun tidak satu hal pun menjadi pilihan untuk memulai dan mencoba bukan karena kalian tidak ingin tapi keterbatasan kemampuanlah yang menjadi tabir penghambat langkah bergerak maju.

Realita yang terjadi di berbagai lapisan dan jaringan kehidupan sekarang ini sangatlah menjadikan kita picik dan bahkan cenderung negatif dalam memandang suatu hal.

Ada yang hanya senang berdiri di pinggir  kehidupan tanpa mau menjadi pejalan dan peselancar daur kehidupan, memandang dengan garis dahi yang menyiratkan rasa muak bahkan jijik pada beberapa hal yang dianggapnya tidaklah penting.

Ada juga yang sedemikian berani melakukan hal apapun yang dianggapnya unik hanya untuk menjadikan itu sebagai permainan dan referensi hidup meskipun itu berbayar dengan maut.

Miris terkadang bila kita melihat banyak insani yang harusnya mempunyai pilihan jelas dalam hidupnya namun harus memilih dengan mencoba dan mendewakan hal – hal yang dianggapnya hebat. Mencontoh berbagai hal hal yang tidak masuk akal bahkan tidaklah penting dan bernilai.

Nilai diri tidaklah ditemukan pada masa pencarian dan pembentukan karakter,  era coba – coba cenderung lebih membuat insan tidaklah mempunyai pilihan apa -apa, pada akhirnya menunggu adalah satu hal yang dianggap tepat untuk membangun verval atau tingkat kehidupannya.

Merugi itu kata yang tepat bagi mereka yang tidak bisa mengangkat nilai diri menjadi bermanfaat. Karena keterbatasan bukan untuk ditangisi tapi untuk disikapi.

 

 

 

 

 

 

Suara hati…Bunda


  • Wahai anak-anak yang terlahir dari rahimku…bunda Letih…

Pernahkah kalian berpikir dan bayangkan, aku bangun dan tertidur mengejar waktu…

Waktu yang tak akan pernah berpihak, bila aku tak berusaha mengikutinya.

Namun waktu yang kupunya tak akan pernah kembali.

Wahai Imam hidup dan nafasku…Aku lelah…pernahkah Kau bertanya ketika melihatku bermuram wajah, tentang apa beban dalam benakku…

Ketika, aku lelah…pernahkah Kau merayu untuk redamkan jenuh.

Ketika aku kesal dan marah…pernahkah Kau rengkuh aku dalam dekapmu.

Aku teramat paham dengan beban dipundakmu untuk kami.

Aku tahu kau pun lelah menghadapi aku yang selalu menyusahkanmu.

Dan…aku pun tahu Kau mulai jenuh melihat aku selalu diam.

Namun sayang….saat aku jenuh, saat aku marah, saat aku diam…rayulah aku, dekaplah aku dalam kasihmu dan jangan pernah kau menjauh.

Bila Kau menjauh dari hatiku maka hatiku pun akan menjauh tanpa pernah kau sadari.

Wahai Buah hati dan imamku… semua mempunyai porsi dan posisi sendiri-sendiri.

Berbuatlah dengan rasa ikhlas dan penuh kepedulian akan tanggung jawab.

Berharap kalian pun ikhlas menerima Bunda apa adanya….meski kalian kesal.

Berharap engkaupun ikhlas menerima istri yang tidak pernah bisa dewasa ini.

Berharap hatiku ikhlas, payah dan letihku suatu saat nanti membuka mata hati kalian….Bahwa hidupku tidaklah sempurna tanpa kalian dan kesempurnaan kalian tidaklah menjadi utuh tanpa menerima kekuranganku.

Kampus, 31102015

Kau hanya seorang Pecundang, Sadarkah ?

Hei Bocah!
Tahu apa kau tentang hidup…?
Tahu apa kau tentang Cinta…?
Ingusmu pun belum mampu kau sekah sendiri, hingga berkerak dan meninggalkan bau tak sedap

Bocah…!
Cepat kau susun kembali sekotak korek api yang berhamburan di depan mukamu itu
Bila tak cepat kau susun kembali, mereka akan saling beradu dan memercikkan api ke muka polosmu

image

Tapi bila kau berhasil menyusunnya kembali rapi dalam kotak, kau akan mendapat pujian dari dia yang kau panggil Bos, setelah kau buat sepatunya licin mengkilap.

Tiap hari kau bercerita, sembari menangis lirih…sebab hanya itu yang bisa kau lakukan. Dan aku hanya bisa memendam amarah.
Aku lupa kau masih ingusan…kemarin kau hantar kan aku bunga anggrek putih….tp esok kau lemparkan ke mukaku bangkai tikus.
Kau puji-puja aku…kau beri wejangan panjang tentang semua gerak gerik lakuku.Aku dengar seksama….tp aku lupa kalau kau masih bocah!

Berputar waktu, putarkan pula otak kotormu….jungkir balik mereka kau buat seperti katak dalam tempurung
Ini duniaku…
Dunia dalam pigura yang berkarat…
Namun begitu, gambarnya akan tetap rapi dalam lapis kaca dan tak akan pernah buram.
Tiupanmu pun tak akan pernah menghilangkan debunya tapi hanya meninggalkan hawa busukmu!

Hei bocah!
Pernah kau buat aku melambung dalam buai senandung lembutmu
Sampai akupun lupa, bila diri sudah lah renta.
Tuliskan saja semua ocehanmu di sini
Biar ku baca bait demi baitnya…meski gores hatiku…meski luka jiwaku…
Tak akan kutitikkan airmata lagi.
Plg. 20/11/15

Posted from WordPress for Android

Sejenak merenung

Jangan mempersiapkan nasib anak, biarkan mereka mencari arah mata angin sendiri sebagai panduan jalan hidupnya…

ketika melihat keadaan seperti ini….apa yg melintas dalam benak kalian, wahai pemimpin bangsa…masihkah kalian sibuk tentang kemajuan, sementara hal sekecil ini bisa terlewatkan…lalu apa bincang kalian di kursi mewah berlapis emas itu selama ini?….setimpalkah kerja kalian dengan duka dan perjuangan mereka….anak-anak penerus perjuangan bangsa ini.

2015-09-21 20.43.32